Rabu, 25 Juni 2014

PILIH CAPRES? PILIH YANG GAK OBRAL JANJI!


Akhir-akhir ini, tv ramai berbondong-bondong dengan berita Pemilihan Capres-Cawapres 2014-2019. Berita capres memang sedang hangat diperbincangkan, ini membuat masyakarat Indonesia harus berpikir beribu kali sebelum menentukan pilihan. Bukan cuma orang-orang yang bingung dalam menentukan pilihan, saya pun dibuat bingung karenanya.

            Calon presiden yang terdaftar di KPU ada dua pasang. Nomor urut 1 ada Prabowo-Hatta dan nomor urut 2 ada Jokowi-JK. Masing-masing calon mempunyai kredibilitas yang tinggi dibidangnya masing-masing.

Blusukan Jokowi dikenal masyarakat sebagai bentuk kepeduliannya terhadap rakyat. Tidak main-main, rakyat Jakarta langsung “jatuh cinta” pada Mantan Walikota Solo ini. Kinerja kerja Jokowi sebagai Pemimpin Jakarta sungguh dapat diacungkan kedua jempol. Terbukti, pada saat ide-idenya dalam mengusung Kartu Jakarta Pintar dan Kartu Jakarta Sehat terealisasi, dan dapat diterima oleh rakyat Jakarta, terutama rakyat menengah ke bawah, dan mendapat respon yang baik bagi seluruh rakyat yang merasakannya. Begitupun dengan rencananya yang akan membuat Tol Laut dan Kereta Monorel, saya katakan, inilah calon pemimpin yang ditunggu-tunggu masyarakat, pemimpin yang mampu mengubah secuil harapan rakyat, dan berdampak bagi kehidupan masyarakat diseluruh Indonesia. Walaupun saya bukan Warga Negara Jakarta, saya akui inilah gebrakan perubahan awal yang baik
.
Namun, kekaguman saya pada Pak Jokowi perlahan memudar ketika pemberitaan Pak Jokowi mendapat mandat dari Ibu Megawati untuk menjadi Capres ramai mondar-mandir di seluruh stasiun televisi. Kekaguman yang pernah hadir dihati saya sekejap sirna, saat Pak Jokowi mengatakan siap untuk menjadi Calon Presiden dari Partai PDI-P bersanding dengan Calon Presiden lain ketika masa jabatannya belum berakhir menjadi seorang Gubernur. Mengapa seorang yang saya kagumi tega mengkhianati janjinya untuk membangun Jakarta selama 5 tahun demi menjadi seorang Pemimpin Negara? Mengapa ada kesan “Loncat” dalam politik?

Kebingungan ini mendorong saya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Setelah saya browsing, saya mendapatkan informasi bahwa Jokowi juga pernah “akselerasi” sewaktu menjabat Walikota Solo di periode tahun keduanya. Sukses dengan 5 tahun menata Kota Solo, pada pemilihan Walikota selanjutnya Jokowi dipercaya kembali untuk menata Kota Solo, namun apa yang terjadi? Ditahun keduanya ia menjabat Walikota Solo, ia ikut serta dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017. Dan kini, ketika ia berhasil menduduki kursi Gubernur dan berjanji dibawah nama Tuhan untuk memimpin Jakarta selama 5 tahun, ia mengingkari janjinya sendiri. Janji yang disaksikan oleh seluruh mata yang melihat, oleh seluruh telinga yang mendengar, dan oleh seluruh hati yang berharap untuk majunya Jakarta yang lebih baik, kini sirna. Kepercayaan rakyat Jakarta terhadap Jokowi perlahan menghilang seiring majunya Sang Gubernur untuk menempati posisi tertinggi di Indonesia.

“Demi Allah saya bersumpah, saya berjanji sebagai Gubernur daerah khusus ibukota Jakarta dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya memegang teguh undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945 dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta BERBAKTI PADA MASYARAKAT  nusa dan bangsa”. Ungkap Jokowi saat dilantik menjadi seorang Gubernur.

            Masih ingatkah Pak Jokowi tentang janji tersebut? Janji selama 5 tahun menjadi seorang Gubernur? Pak Jokowi dengan sengaja melanggar sumpah dihadapan mata media dan mata rakyat, dengan berdusta dan mengikari janjinya sumpah jabatannnya atas nama Allah dan Al Quran. Tahukah beliau bahwa ia dapat disebut orang yang “Munafik?”.

Nabi Muhammad SAW: “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat.” (HR. Muslim)

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”. ( QS. An Nahl : 91 )

           “Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adzab yang pedih”.( QS Ali imran :77)

            Masyarakat di Indonesia, mayoritas memeluk agama Islam. Pedoman atau Kitab Suci Umat Islam adalah Al-Quran dan Hadits. Di dalam Al-qur’an semua kehidupan telah diatur sebaik-baiknya. Wajar kalau saya menggunakan firman Allah untuk mengingatkan kembali masyarakat dalam menentukan pilihan.

            Saya bukan seorang anggota Partai pendukung Prabowo-Hatta, saya tidak mengkampanye-kan Capres-Cawapres no urut 1, saya bukan seorang yang membenci Jokowi, saya hanya seorang mahasiswi yang pikirannya mulai terbuka tentang politik akhir-akhir ini. Terlebih saya adalah seorang pemilih pemula yang wajib mencari tahu “track record” masing-masing kedua Capres.

            Pemberitaan di media tentang kampanye hitam yang menyerang masing-masing kedua kubu mengakibatkan banyaknya swing voters yang salah dalam menentukan pilihan. Maka dari itu, mari kita ulas pernyataan-pernyataan yang heboh di media dibawah ini:

1.      PRABOWO
Melihat komentar pedas web ini, kok rasanya semua bisa diklarifikasi ya?  http://www.kaskus.co.id/thread/52e94ef10d8b46f04c8b4580/50-catatan-buruk-prabowo-subianto

·    Bila Pak Prabowo diberitakan bahwa ia adalah seorang pelanggar HAM, mengapa Ibu Megawati pernah mengajaknya untuk menjadi Calon Wakil Presiden periode 2009-2014?
·  Kalau Prabowo dipecat secara tidak terhormat atas kasus kerusuhan 98, mengapa ia masih mendapatkan uang pensiun?
·    Bila Prabowo melecehkan peran gerakan mahasiwa 98 dan lokomotif gerakan reformasi amin rais cs dalam menumbangkan rezim korupsi Soeharto, mengapa sekarang Amin Rais berkoalisi dengan Prabowo, dan menjadikan Hatta Radjasa sebagai Cawapresnya?
·    Mantan aktivis ITB Syahganda Nainggolan juga mengecam keras Prabowo. Dia juga mengatakan duet Prabowo-Hatta tdk akan terwujud gara-gara ini. Tapi buktinya menurut survey Institut Survey Indonesia (ISI), Prabowo-Hatta  51,18 persen. Sementara Jokowi mendapat 48,82 persen?

2.      JOKOWI
·     Menggadang-gadangkan akan membeli kembali INDOSAT, visi Jokowi dinilai Aneh oleh Pengamat Militer! Indonesia tak butuh Drone, Indonesia itu luas butuh satelit, kenapa dulu Mega jual sembarangan? http://www.suaranews.com/2014/06/visi-jokowi-dinilai-aneh-oleh-pengamat.html
·     Jokowi peduli Palestina, kenyataannya, ia keduluan Prabowo yang sudah memberikan sumbangan sebelum Jokowi berkoar. http://www.suaranews.com/2014/06/ini-semakin-mempermalukan-jokowi.html

Terlebih dari semua pemberitaan diatas, saya sebenarnya masa bodoh. Saya tidak peduli dengan semua pemberitaan yang ada. Pemberitaan diatas hanya segelintir bonus karena pilihan saya mengajak kaum Islam untuk tidak salah pilih. Umat Islam pasti tahu dengan hukumnya Janji? Bedanya Prabowo dengan Jokowi dalam masalah Janji adalah, Prabowo bebas menjanjikan apapun kepada masyarakat Indonesia karena beliau memang belum pernah merealisasikan satu janji pun kepada masyarakat Indonesia. Ia bebas berjanji dihadapan rakyat karena tidak punya hutang janji di masa lalu. Namun berbeda dengan Pak Jokowi, terkesan aneh bila ia berjanji didepan masyarakat, janji kemarin saja belum ia laksanakan dengan baik, masa mau berjanji lagi. Masyarakat udah “mual” dengan janjinya pemimpin. Mereka butuh kepastian. Walau perlahan, asal mereka mendapatkan apa yang mereka butuhkan, mereka akan senang dan sejahtera. Tak peduli dengan gosip politik yang berkeliaran di media massa. Masyarakat sudah pintar dalam memilih Calon Presiden!

Saya mendukung Prabowo-Hatta karena beliau memang layak menjadi Pemimpin di Negara ini untuk periode 2014-2019. Capres hanya dua, kalau yang satu banyak obral janjinya, dan dari pada dosa menjadi pengikut pemimpin yang salah, mending pilih yang satu. Walau banyak pemberitaan yang menjelek-jelekan dirinya, suatu saat kebaikan akan terungkap. Orang yang dianggap baik tidak sepenuhnya baik, pasti ada bobroknya. Orang yang dianggap buruk, belum tentu buruk dihadapan Allah! Allah tidak tidur. Lagi, apa pantas, ketika Jokowi menjadi Presiden, Ahok bergeser kepemimpinan menjadi Gubernur? Mayoritas masyarakat kita adalah Islam. Orang Islam harus dipimpin dengan orang Islam.

Bang Rhoma Irama yang kita kenal sebagai artis Dangdut menyatakan, bahwa intinya umat Islam tidak boleh dipimpin oleh orang kafir karena akan diazab Allah SWT. Oleh sebab itu memilih pemimpin adalah ibadah (seperti halnya shalat, dan puasa). Beliau berkata begitu berdasarkan ayat Al-quran An-Nisa 144. Allah SWT berkata:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)”? (QS. 4:144)

Sebenarnya kedua Capres ini layak menjadi Pemimpin Negara dan membuat Negara Indonesia mampu disegani oleh masyarakatnya. Tapi, biarkanlah Pak Prabowo menjadi seorang Presiden periode 2014-2019. Bantulah Pak Prabowo agar beliau melaksanakan janji-janjinya. Karena dengan kita membantu Pak Prabowo menjadi seorang Presiden, maka kita juga akan membantu Pak Jokowi untuk melanjutkan kepemimpinannya di Jakarta, membenahi Jakarta seperti yang ia janjikan tahun 2012. Karena dengan kita membantu Pak Jokowi menjadi Gubernur kembali, kita dapat menghindarinya dari Dosa karena tidak menepati janjinya, kita dapat menghindari pemimpin hebat ini dari siksanya Allah di Akhirat. Dengan kita membantu Pak Jokowi menjadi Gubernur kembali, Pak Ahok juga pasti akan terbantu oleh Pak Jokowi untuk merealisasikan janji mereka membenahi Jakarta. Dan pada akhirnya ketika Jokowi-Ahok telah terbantu, masyarakat Jakarta ikut terbantu ekonomi, kesehatan dan kesejahteraannya. Bantu-membantu itu sangat luar biasa bukan? Dari kita membantu Prabowo menjadi Presiden, kita juga membantu Jokowi untuk kembali menata Jakarta, pekerjaan Ahok terbantu oleh Jokowi, dan rakyat Jakarta juga terbantu dengan kembalinya Sang Gubernur ke tengah-tengah mereka. Tidak ada yang melarang Jokowi untuk menjadi Presiden. Namun, selesaikanlah dulu tugasnya yang belum selesai. Tepatilah janjinya seperti yang kau ucapkan sebelum menjadi Gubernur. Ketika DKI Jakarta sukses seperti yang Jokowi-Ahok targetkan, dan keberhasilan mereka diakui seluruh masyarakat, maka dengan sendirinya, apabila Jokowi mencalonkan diri sebagai Calon Presiden di Periode yang akan datang, masyarakat secara ikhlas dan sukarela akan memenangkan Gubernur Hebat ini untuk membenahi Indonesia.

Saya meluruskan bahwa “saya bukan sok tau atau sok tua”. Ini adalah aspirasi saya. Ini adalah hasil pencarian saya selama ini mengikuti jejak perkembangan Capres-Cawapres. Semoga masyarakat terbuka hati, pikiran dan nuraninya, bahwa Negara ini butuh perubahan. Siapa yang akan merubah? Pemerintah yang bersih, dan masyarakatnya yang mendukung.

Ingat! Tuhan nomor 1. Presiden itu nomor 2. Tidak ada yang melarang membanggakan Presiden yang akan memimpin kita nanti, tapi Allah Sang Pencipta Alam Semesta-lah yang pertama kali harus kita Agungkan. Karena ketika Allah sudah memanggil, tak ada yang bisa menolak atau menundanya. Semua akan kembali kepada Sang Pencipta. Selamat Datang INDONESIA BARU! Indonesia yang berbudaya dan beragama.

Sumber:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar