Reni dan Yusi, adalah dua orang
sahabat yang telah mengenal satu sama lain sejak duduk di bangku kuliah. Hari
ini, mereka sedang menikmati liburan akhir pekan dengan mengunjungi salah satu
taman kota yang ada di Jakarta.
Mereka tengah duduk bersandar
dibawah pohon rindang beralaskan karpet plastik sambil membaca novel dengan
camilan-camilan yang mereka bawa.
Sambil membaca novel tentang cinta,
sikap Yusi mulai gelisah. Sebagai seorang sahabat, tentu Reni memahami tingkah
laku sahabatnya itu, lalu mulai bertanya.
“Kenapa sih, Yus? Gelisah amat. Apa
gara-gara baca novel jadi kebawa suasana gitu?” Tanya Reni.
Yusi menunduk sebentar, lalu
menengadahkan kepalanya.
“Astagfirullah, ya Allah. Nikmat
banget kuasa-Mu tentang masalah hati..” Ujar Yusi.
“Kenapa lagi sih, Yusi? Masih
mikirin dia?” Tanya Reni memastikan.
“Fiuuh...” Yusi menghembuskan nafas
kuat-kuat.
“Yus? Cerita..”
“Aku galau, Ren. Dia makin deket
aja sama perempuan itu, sedangkan aku, masih belum bisa move on dari dia.”
“Aku mau kasih nasihat atau
menyenangkan hati kamu nih?”
“Nasihat, Ren. Aku butuh nasihat
sekarang!”
“Buang aja perasaannya, Yusi. Udah
janji kan dulu, kalau dia udah ketemu sama yang baik, cantik apalagi sholeha dan
berjilbab, apapun caranya harus berhenti punya perasaan ini, apalagi yang mau
ditunggu. Selesain sekarang, atau nggak akan pernah selesai!” Ujar Reni sambil
menutup halaman novel yang dibacanya.
“Tapi, Reniii... kenyataan gak
sesuai sama teori. Perasaannya gak ilang-ilang, ngelupain apalagi..”
“Yusi, nggak akan ada orang yang
bisa ngelupain seseorang, apalagi pernah nyangkut di hati, itu udah dari
sananya, Allah yang mempertemukan gak ada yang sia-sia.”
“Yah terus, mau sampe kapan begini?
Susah banget, Ren ngelupain perasaannya.”
“Perasaan kamu bakal ada terus
kayaknya, gimana nggak mau ilang, tiap hari masih kepoin sosmed- nya, masih
inget-inget kejadian apa yang tadi dilakukan. Gimana mau move-on?”
“Dia suruh pergi aja deh, jauh-jauh
dari pandanganku!”
“Hahaha... Emang bumi punya kamu?
Nggak bisa gitu lah, apalagi kamu bakal ketemu dia sampe 2 tahun yang akan
datang. Mamam deh tuh!”
“Terus aku mesti gimana??? Aku gak
bisa mengakhiri perasaan ini, karena bukan aku yang ingin memulai. Aku nggak
minta buat punya perasaan ini, dia dateng gitu aja ke mimpi aku, siapa yang
sangka ternyata aku malah jatuh hati sama dia setelah mimpi itu.
“Mimpi dibagi 3 kategori, mimpi
berasal dari Allah, mimpi berasal dari setan, sama mimpi berasal dari diri
sendiri. Nah mungkin kamu terobsesi sama dia makanya jadi mimpiin dia.”
“Boro-boro deh, Ren. Aku gak pernah
deket sama dia, ngobrol aja belum pernah, merhatiin dia pun nggak. Gimana bisa
terobsesi?
“Tapi kamu seneng gak jatuh hati
sama dia?”
“Seneng banget, Ren.. Aku sampe
senyum-senyum sendiri kalau inget mimpi itu. Rasanya kayak aku udah kenal lama
banget sama dia.”
“Berarti itu mimpi yang berasal
dari Allah. Kan kamu yang bilang, gak mau jatuh hati lagi sama laki-laki, kecuali
jika Allah sudah mempertemukan kamu dengan jodohmu, nah siapa tau dia jodoh
kamu?”
“Tapi kamu
tahu kan, dia beda banget sama aku, dia terlalu modern, gaul dan pacarnya
cantik-cantik. Bahkan temen-temen yang lain bilang dia kasar ngomongnya. Aku tahu
sih dia suka ngomong kasar gitu, tapi dia sopan banget loh ke aku. Ramah
banget... ah... Reni..” Yusi meletakan kedua telapak tangannya di pipi.
“Hayo..
mulai deh mikir-mikir gitu lagi. Gimana mau move on? Udah kamu sabar aja.
Berdoa terus sama Allah, biar Allah luluhkan hatinya.”
“Ehm.. Tapi kan dia belum jadian juga sama
perempuan itu.”
“Itu baru tahap awal, mending
mundur dari sekarang, daripada syok pas mereka jadian.”
“Ya Allah....” Yusi menunduk sedih.
“Lagi pula nih, kamu gak tau kan
kenapa perempuan itu gak terima cinta laki-laki yang kamu suka itu?”
“Mungkin, si perempuan itu naksir
laki-laki lain. Ketika ditembak orang, malah nunggu orang.”
“Iya kalo emang begitu ceritanya,
kalo ternyata si perempuan nggak terima cinta laki-laki itu karena dia nggak
mau pacaran, gimana? Katanya dia berjilbab dan sholeha? Bisa aja kan dia nggak
pake ritual pacaran, tapi ta’aruf kalo udah siap nikah? Nah, jauh lebih baik
dia daripada kamu...”
“Aku juga gak mau pacaran dulu,
Ren. makanya gak terima cinta orang lain.”
“Baguss... menunggu yang terbaik sajalah.”
“Iya.. mau nunggu aja, mau nunggu
pangeran sholeh. Siapa tau pangeran sholehnya dia. Ujar Yusi sambil menyengir.
“Nunggu doang sambil tetep kepoin
dia sama aja boong! Nunggu tuh sambil memperbaiki diri, siapa tau calon imam kamu
nanti lebih baik dari dia.”
“Terus intinya, aku harus gimana?”
“Bismillah, niatin dalam hati, “ya
Allah jika dia bukan untukku, tolong hapuskan perasaan ini, bantu aku untuk
beristiqomah sambil memantaskan diri, tolong tutup perasaan ini agar tak
menjadi penghalang untukku beribadah kepada-Mu.” Gitu doanya.”
“Apakah bisa?”
“Kalau memang kata Allah, dia bukan
jodoh kamu, pelan-pelan bakal dihapuskan perasaannya kok!
“Tapi kalo nggak bisa juga?”
“Kuatin iman, banyak-banyak
istighfar, coba fokus sama hal lain. Jangan pernah menganggur, dan coba cari
kesibukan. Bukannya kamu lagi suka main plants vs zombie 2 tuh? Mending main
itu deh daripada mikirin dia dan cari alasan buat kepoin dia. Baca Al-Quran
malah lebih baik. Hati lebih tenang, dan siapa tahu Allah meluluhkan hatinya,
dan menyadari deh perasaan yang kamu miliki.”
“Iya ya.. bener banget kamu, Ren.”
“Masih banyak hal yang harus kamu lakuin,
kuliah aja dulu biar bener. Jadilah calon ibu yang cerdas. Sekarang,
banyak-banyak berdoa aja, Yus.”
“Iya, aku
selalu berdoa yang terbaik kok buat dia. Seandainya kita tidak diperkenankan
Allah untuk bersatu, aku harap dia bahagia dengan perempuan sholeha yang
menyayangi dia, dan aku pun dibersamakan dengan laki-laki sholeh yang
menyanyangi aku dan membawaku ke surga-Nya Allah.”
“Aamin.. Nah kan, bukankah indah
pacaran setelah menikah, jalan kemana-mana, gandengan tangan, sudah halal lagi.”
“Iya sih, tapi kan malu sama
temen-temen yang udah pada punya pacar, iri juga ngeliatnya.”
“Temen kamu lagi sedang mencari
jalan yang Allah ridhoi, bersyukur kamu sudah menemukan hidayah Allah, yang
salah satunya tidak melakukan kegiatan pacaran. Inget, perempuan yang baik
untuk laki-laki yang baik pula. Kalau kita mau dapet laki-laki yang nilainya 9,
maka kita juga harus jadi perempuan
bernilai 9 kan?”
“Jomblo terus dong?”
“Jomblo apa single?”
“Apa bedanya?”
“Jomblo buat orang-orang yang gak
punya pacar emang karena ditunggu gak dapet-dapet. Kalo single itu gak punya
pacar karena memang sedang mengikuti ketentuan Allah, mana ada Allah izinin
umatnya pacaran, pacaran setelah nikah baru ada. Lagi juga kalau single karena
Allah kan lebih mulia derajatnya. Kalau ada yang bilang jomblo mulu, bilang aja
“iya gue jomblo, jomblo terus sampai ada yang menghalalkan.”
“Wah, aku harusnya lebih sabar ya
nunggu dia..”
“Iya dong harus. Kan Allah nggak
memberikan apa yang kita inginkan, tapi memberikan apa yang kita butuhkan. Kamu
butuh sosok dewasa, ramah, sholeh tapi kocak kan? Ya dia banget. manusia bisa
berubah kok, mungkin dia belum nemuin jati dirinya aja. Sambil memantaskan diri
jangan lupa! Kamu gak tau kan kalo dibelakangmu, dia juga sedang memantaskan
diri, entah buat kamu atau orang lain siih.. tapi jodoh gak akan ketuker kok.
Dan seandainya bukan kamu orang yang dia harapkan, gak usah sedih ya.. tetep
tawakal dan istiqomah. Mungkin Allah akan memberikan yang lebih baik dari dia.”
“Sedih sih dengernya, tapi aku bisa
apa. Bismillah deh, mulai istiqomah.”
“Nah gitu dong. Kan biar jadi
wanita muslimah yang taat sama Allah..”
“Makasih ya Reni, udah mau kasih
nasihat yang banyak sama aku.”
“Iya Yusi,
sama-sama.. Yuk ah kita pulang.”
Yusi dan
Reni pun segera merapikan barang-barang yang mereka bawa dan melipat alasnya. Tak
lupa mereka membuang sampah makanan ke tempat yang sudah disediakan pengelola
Taman Kota. Setelah tempat yang mereka tempati rapi seperti semula, mereka
pergi bergegas pulang.