Rabu, 18 November 2015

CERPEN-MENUNGGU HUJAN


“Pokoknya, Kakak gak boleh naksir Pak Arlan.” Suara Rio terdengar keras.
“Lho, apa hubungannya sama kamu? Kan kakak yang suka. Masalah buat kamu? Udahlah, belajar aja yang bener, kalau nilai kamu bagus dan berhasil dapet peringkat, kamu baru boleh nasehatin Kakak, ngerti?” Tiara meninggalkan Rio yang masih terkejut mendengar pernyataan Tiara yang mengaggumi guru SMP nya dan kini menjadi guru Rio di sekolah dasar.
Di kamar Tiara.
“Apaan sih Rio, marah-marah gak jelas. Kenapa gue gak boleh dapet kalung ini? Ini kan dari Kak Arlan. Dasar anak kecil. Tiara memandangi kalung berinisial “T” yang diberikan Kak Arlan padanya tadi siang.
“Kak..” Rico nongol dari pintu yang terbuka sedikit.
“APA?” Kata Tiara kesal.
 “Kak Tiara, aku mau ngomong sesuatu.” Kini Rico, kembaran Rio duduk di tepi ranjang Tiara. “Aku curiga deh sama Rio. Kayaknya dia punya sesuatu yang ia umpetin di dalam lemari. Aku pernah mergoki dia lagi masukin bungkusan itu ke dalam lemari. Bungkusannya kecil. Terus, waktu aku tanya, dia malah bilang “Tunggu Hujan” gitu. Aku gak ngerti maksudnya.” Kata Rico polos.
Tiara mulai memperhatikan Rico. Kedua adik kembarnya ini memang selalu membuatnya kesal dengan ulah mereka. Apalagi Rio, adiknya yang satu ini selalu dipanggil guru matematika, yaitu Pak Arlan.
“Kamu yakin dia punya sesuatu yang mencurigakan? Atau ini ulah kalian berdua?”
“Beneran deh, Kak. Aku gak bohong. Coba aja besok kakak cek dilemarinya..”
***
Keesokan harinya. Rico dan Rio pulang bersama Tiara. Namun, sebelum Rico dan Rio masuk ke dalam kamar, Tiara segera memanggilnya. “Rico.. Rio.. kalian duduk dulu!” Perintah Tiara. Rico dan Rio pun segera duduk berhadapan dengan Tiara.
“Ada apa, Kak?” Tanya Rio.
“Ayah, Ibu selalu mengajarkan kita untuk saling jujur, kan?” Tanya Tiara. Rico dan Rio pun mengangguk. “Sekarang, Kakak gak mau nunjuk. Siapa yang menyembunyikan sesuatu di dalam lemari dan dia gak jujur?” Kata Tiara. Rico dan Rio menunduk. Sesekali mereka bertatapan.
“Gak mau jawab? Apa mau Kakak yang ambil, barang apa itu? Rio?” Rio terdiam. “Oke. Kakak yang ambil.” Tiara bangkit dari duduknya lalu segera menuju lemari Rio.
“Kakak.. Jangan.. jangan, Kak. Tunggu hujan.” Pinta Rio mengejar Tiara. Tiara yang cuek, segera mengobrak-abrik isi yang ada di dalam lemari Rio. Ketika mencari, akhirnya Tiara menemukan kotak persegi yang dibungkus dengan koran.
“Ini apa, Rio?” Tanya Tiara.
“Jangan Kak, jangan..” Rengek Rio. Tangisnya tak dapat ia bendung dari matanya.
“PRAAANG...” Tiara membanting kotak berbungkus koran ke lantai. Suara tangis Rio pun terdengar pecah, melihat Tiara membanting kotak tersebut.
“KAKAK JAHAT! Aku menabung selama satu bulan untuk membelikan ini untuk, Kakak.”
“Apa itu?” Tanya Tiara keras.
“Itu kalung pengganti untuk Kak Tiara! Kalung yang Pak Arlan berikan itu bukan buat Kakak, tapi buat istrinya, Bu Tantri. Pak Arlan ingin meminta kembali kalung itu dan menceritakan sama kakak, kalo Pak Arlan sudah menikah dengan guru bahasa inggris aku. Dan Pak Arlan akan meminta kalung itu pada saat hujan tiba. Makanya aku akan memberikan kalungnya pada kakak pada saat hujan dan kakak tahu, selama 1 bulan ini, hujan tidak pernah turun. Sekarang.. Kakak malah hancurin liontin itu. KAKAK JAHAT!” Rio pergi meninggalkan Tiara yang mulai meneteskan air matanya. Seakan tak percaya dengan apa yang Rio katakan.
Seketika terdengar suara gemuruh petir di langit. Pertanda hujan akan segera turun. Hujan yang selama ini dinantikan Rio, akhirnya turun menetes ke bumi. Tiara menangis sejadi-jadinya. Rico mencoba mengejar adik kembarnya keluar. Tiba-tiba, ponsel Tiara berdering. Sebuah pesan masuk.

“Tiara. Adikku. Maafkan aku. Aku tak menceritakan hal yang sebenarnya. Aku sudah menikah 2 bulan yang lalu. Aku memang belum bisa melupakan kamu, makanya aku masih mencoba mendekati kamu. Aku sadar ini salah. Kalung itu sebenarnya bukan untukmu. Tapi, sebagai kenang-kenangan, kamu boleh memilikinya. Aku akan pergi dengan istriku ke Malang dan menetap disana. Jaga diri baik-baik. Sampaikan salamku pada Rio. Arlan.”

Membaca pesan tersebut, Tiara semakin menangis sejadi-jadinya. Sesaat ia teringat pada kalung yang Rio berikan. Kalung yang indah, walaupun dengan liontin yang terbuat dari kaca yang didalamnya ada seorang anak memegang payung, kini telah pecah karenanya. Tiara terisak sedih dan menyesalinya.

TAMAT

RESENSI BUKU : YUK, BERHIJAB!!


Penulis                   : Felix Y. Siauw
Visualis                  : Emeralda Noor Achni
Penerbit                : Mizania (Penerbit Mizan)
Tahun Terbit         : Pertama, Juli 2013
Jumlah Halaman     : 140 halaman
ISBN                    : 978-602-9255–67-6
Harga                    : Rp 56.000

Assalamu’alaikum Ukthi...

Berhijab memang sudah menjadi kewajiban bagi seluruh kaum muslimah, namun masih banyak muslimah yang belum mengenakannya, padahal Allah SWT sudah jelas-jelas menerangkan dalam (QS. Al-A’raaf: 26), yang berbunyi: 

 “Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian utk menutup auratmu & pakaian indah utk perhiasan. & pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat.”

Namun, masih banyak muslimah yang belum mengenakannya, dan parahnya tak sedikit yang menolaknya dengan berbagai alasan. Haduh, Ukhti..

Nah, banyak juga pertanyaan-pertanyaan klasik yang timbul ketika ditanya kapan mau menutup aurat? Seperti, pertanyaan tentang mana yang lebih dulu menghijabi hati atau diri, yang sering kali terdengar. Pertanyaan itu bisa membingungkan kaum muslimah yang masih awam, sekaligus menjadi tameng andalan bagi orang yang tidak ingin menghijabi dirinya, dengan alasan ingin menghijabi hatinya lebih dahulu.

            Ditambah lagi nih ukhti, ada alasan dengan memberikan pepatah don’t judge the book by its cover, mereka yang tidak mau berhijab beralasan dengan berkata, “percuma dihijab kepala dan badan kalau perbuatan masih maksiat, makanya saya hijab hati dulu deh.” Pepatah yang benar, tapi dijadikan penyesat muslimah untuk tidak berhijab.

            Maka ustadz yang kini banyak menjadi rujukan khususnya remaja yang menjadi follower twitter atau fanspage facebooknya menganggap bahwa semua itu adalah alasan. Felix Siauw mengatakan bahwa Allah berfirman dalam Al-Qur’an menyuruh muslimah menghijabi diri bukan hati. Apalagi logika mana yang masuk dengan menghijabi hati, apakah hati harus dikeluarkan dulu baru dihijabi? Pertanyaan dan pernyataan di atas, menjadi kalah dengan pernyataan Felix tersebut.

            Felix menyatakan bahwa menghijabi diri adalah salah satu dari memperbaiki hati. Maka, seharusnya tidak ada alasan lagi untuk menunda berhijab (halaman 136). Namun walau begitu, masih ada saja yang akan berpikiran bahwa jika nanti dia telah memakai kerudung panjang menjuntai hingga batas dada dan ditambah dengan baju kurung yang menutupi mata kaki, akan dianggap sebagai ekstrimis, fundamentalis, bahkan teroris. Pertanyaannya apakah sekejam itu Islam dan Allah dengan mengharuskan memaksa wanita untuk berhijab?

Duh, ukthi.. kamu salah. Nah, untuk kasus macam menangani kasus macam ini, yuk kita tengok dulu buku Yuk, Berhijab! karya dari Ustadz Felix. Buku ini merupakan buku kedua hasil duet Ustadz Felix dengan Emeralda Noor Achni atau lebih dikenal dengan Benefiko. Setelah berhasil membahas fenomena pacaran di buku: Udah Putusin Aja, Ustadz Felix kali ini membahas mengenai fenomena hijab di kalangan muslimah. Tentu kita tahu hijab sudah menjadi sesuatu yang biasa terlihat di kehidupan kita.

Dan dibuku keduanya ini, Ustadz Felix memulai dengan menggambarkan bagaimana kondisi wanita diberbagai peradaban dan agama yang kerap diperlakukan sebagai objek.  Kemudian Ustadz Felix menjelaskan Islam mengangkat derajat wanita, seperti bagaimana derajat ibu dalam Islam. Di beberapa bab berikutnya penjelasan semakin spesifik tentang batas aurat wanita, jenis-jenis pakaian, bagaimana berhijab yang syar'i dan fenomena-fenomena yang terjadi pada muslimah terkait dengan hijab.

            Hal lain yang menarik dari buku ini ialah, kita akan banyak disuguhkan ilustrasi kartun yang membuat menarik sekaligus mempermudah kita untuk paham konten tulisannya. Percakapan-percakapan imajinatif ala Ustadz Felix juga tak ketinggalan muncul dalam buku ini. Bahasa yang ia gunakan pun jelas dan mudah dipahami. Belum lagi ada komik mengenai pengalaman Benefiko saat ia belum berhijab, sudah berhijab dan berhijab syar'i. Komik ini juga menjelaskan komentar-komentar beliau tentang hijab.

            Buku ini cocok untuk mereka yang ingin mempelajari hijab yang syar'i secara lugas dan menarik. Cocok sekali untuk anak muda karena memuat banyak ilustrasi kartun serta komik yang tidak membuat kita bosan untuk membacanya. Beberapa pembaca mungkin akan tertohok oleh buku ini, namun jangan berhenti membacanya dan jangan berhenti untuk menyempurnakan hijab. Hijab tanpa tapi, taat tanpa nanti. Selamat membaca, Ukhti..



Rabu, 28 Oktober 2015

HOT-nya Baso Jeletot, bikin kamu nangis melotot!!

Kenapa bakso itu bulat???



Karena aku sayang kamuuu..!!


       Gak ada hubungannya sih kenapa bakso bulat sama aku sayang sama kamu^^ bagaimana pun bentuk baksonya, aku tetep sayang kok sama kamu!

              Halah! Ini blog buat review makanan, sii. Curhat sih?

            Oke back to topic. BAKSO? Siapa sih yang gak kenal makanan bulat dengan mie, sayuran, taburan bawang goreng crispy dan racikan kuah yang dibubuhi saus, sambal, kecap dan sedikit cuka ini??? Rasanya hampir semua orang mengetahui si bulat.  Apalagi makanan ini dimakan ketika udara dingin menyerang, dengan segelas teh manis hangat atau jeruk hangat, makanan ini dijamin bikin mata kamu melotot.

YES! It is Bakso a.k.a Meatballs. Wuhuuu!!




            Bakso telah menjadi primadona dikalangan penikmatnya, mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang dewasa pun sangat menyukai makanan yang satu ini.

            Nah, buat kamu yang suka banget nih sama bakso apalagi menyukai makanan pedas, aku rekomen banget nih tempat makanan ini.. Namanya “BASO JELETOT”. Baso Jeletot cabang Bandung ini berada di Jl. Raya Bogor, Cisalak-Depok, yang letaknya tak jauh dari Pizza Hut dan Pasar Cisalak. Baso jeletot mempunyai jam buka yaitu dari Senin-Minggu Pukul 10.00-22.00 WIB dan khusus hari Jumat buka mulai pukul 13.00-22.00 WIB. Jadi, gak perlu tuh jauh-jauh ke Bandung untuk sekedar menikmati si hot meatballs ini.



Yang unik dari Baso Jeletot ini adalah bila kita belah baso-nya maka cincangan daging dengan ulekan cabe rawit yang berminyak segera meleleh bercampur dengan kuah baso-nya. Rasanya?? Wuiiih.. Segar, gurih, asam, pedas segera melebur menjadi satu didalam mulut. Tak perlu memakai sambal tambahan karena rasa pedasnya sudah melebihi dari cukup menurut aku. Tapi bagi penyuka pedas yang luar biasa, silahkan deh ditambahkan sambalnya sesuai selera.


Gak suka bakso? Tenaaang, Baso Jeletot juga menyediakan menu Mie Yamin Ayam. Wih.. Rasa Mie Yamin ini juga tak kalah enaknya. Perpaduan mie kering dicampur dengan bumbu yamin manis yang pas, sudah terasa enak sekali pada suapan pertama.


Menu yang ditawarkan di Baso Jeletot ini bervariasi. Ada baso jeletot, baso reguler, mie baso reguler, mie yamin, mie yamin baso reguler dan mie yamin baso jeletot. Minuman yang ditawarkan juga bervariasi, seperti jus, air mineral, es teh manis, es teh tawar, es jeruk, dan masih banyak lagi..


Range harga di BASO JELETOT ini dibanderol mulai harga Rp 3.000-20.000 saja. Selain murah dan enak, tempatnya cukup nyaman, meja untuk makan dibuat menjadi dua bagian, ada lesehan dan menggunakan kursi, toiletnya bersih dan desainnya rapi dengan warna interior lebih didominasi oleh warna merah. Oh ya, pelayan disini juga cukup tanggap dalam menyambut pelanggan yang baru datang. Pokoknya, tempat ini cocok banget deh buat hangout bareng teman, pacar dan keluarga yang ingin menikmati Baso Hot ala Bandung ini.

 


Kekurangan makan ditempat makan ini adalah, kurangnya fasilitas pendingin udara. Walaupun sudah dilengkapi dengan beberapa kipas angin, tempat ini masih terasa panas menurutku. But, gak apa-apa lah, selebihnya tempat disini cukup oke kok.


Aku sendiri sudah datang tiga kali ke tempat ini. Dan, menurut pengunjung lain yang datang ke tempat ini, tempat ini sangat di rekomen oleh banyak orang, jadi jangan heran melihat penuhnya tempat ini ketika jam makan siang, dan sore sangat ramai didatangi pengunjung.




Well, silahkan mampir ke Jl. Raya Bogor, Cisalak-Depok dan rasakan hot-nya Baso Jeletot yang bisa bikin kamu nangis melotot!!!



Minggu, 25 Oktober 2015

MENCOBA MENJADI ASISTEN LABORATORIUM AKUNTANSI MENENGAH UNIVERSITAS GUNADARMA


            Menjadi seorang AsLab belum pernah terbayangkan oleh gue sebelumnya. Bagaimana tidak, gue udah ditolak dua kali saat melamar menjadi Asisten Perpustakaan dan Asisten Lab Manajemen Menengah. Tapi gue gak putus asa, karena banyak kesempatan asal ada kemauan.

Sebenarnya menjadi Asisten Lab bagi gue adalah mencari pengalaman baru diluar perkuliahan, dimana kita mempunyai kewajiban, melatih diri dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan berbicara di depan umum. Hal tersebut berguna, agar kelak kita dapat mengembangkan kreatifitas yang sebelumnya pernah di asah, menjadi lebih baik lagi.

Asisten Lab mempunyai tugas seperti menyampaikan materi kepada praktikan (yaitu orang yang menerima materi kuliah), memberikan nilai saat di Lab, menginput data absen, mengecek kelengkapan tugas yang sebelumnya diberikan, dan lain-lain. Dan menurut gue, menjadi Asisten itu menarik, makanya gue mencoba untuk melamar (kembali) untuk menjadi seorang Asisten.

Pemberitahuan bahwa Lab Akuntansi Menengah membuka lowongan udah gue ketahui 1 bulan lebih sebelum deadline. Tapi karena faktor takut ditolak (lagi), gue belum berani memberikan berkas yang dibutuhkan.

Setelah mendapat informasi dari Kakak PJ Lab Ak-Men sewaktu semester 4, bahwa penerimaan Lab Ak-Men diperpanjang sampai 4 Juli, dan penerimaan Asisten tersebut berdasarkan perwakilan yang terbaik dari kelas, dan tidak perlu takut bersaing dengan kelas unggulan, maka gue pun segera mengajak V untuk memberikan berkas pada saat H-2 deadline. Setelah menaruh berkas di Lab Ak-Men, gue kembali mengajak V untuk sekalian menaruh berkas lamaran di Gedung Sekretariat Dosen untuk menjadi Staff Monitoring Barcode, walaupun deadline-nya masih 1 bulan lagi atau sampai 15 Agustus 2015.

Satu bulan kemudian, tepatnya setelah libur Idul Fitri dan Ujian Akhir Semester, dua buah pesan sampai ke gue yang memberitahukan bahwa Tes Tulis Barcode akan dilaksanakan pada 18 Agustus jam 08.00 dan Tes Tulis Lab Ak-Men dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus jam 09.00.

Dengan berbekal keyakinan dan mempelajari tes-tes potensi akademik, gue berangkat ke Kampus D. Setelah bertemu V, gue menunggu tes tulis berlangsung. Tak berapa lama, kami pun disuruh masuk ke ruang kelas dan mengerjakan tes tulis dalam waktu 60 menit.

Tes tulis berakhir, pengumuman seleksi tes tertulis akan diumumkan di web. Gue dan V pulang ke rumah, walaupun tidak percaya diri karena tes lumayan susah, tapi gue kembalikan lagi kepada Allah, karena setelah kita berdoa dan berusaha, saatnya berpasrahkan semuanya kepada Sang Pengatur Rezeki. Karena rezeki tak akan pernah tertukar bagaimana pun bentuknya.

Malam harinya, gue belajar untuk persiapan tes tulis Ak-Men. Ada perasaan malas karena takut ditolak lagi seperti yang sebelumnya. Gue cuma coba mempelajari kembali dasar-dasar Perangkat Lunak Akuntansi seperti MYOB, Zahir dan DEA.

V pun demikian, ia mengatakan dirinya malas untuk datang besok saat tes tulis di Lab Ak-Men, dan akan dipastikan dia tak akan datang. Semakin malas lah gue gak bakal ada temennya nanti.

Pukul 23.30 V mengabarkan bahwa gue lolos tes tertulis Barcode. Karena penasaran, gue coba cek web, dan Alhamdulillah gue lolos tes tertulis, tapi tidak dengan V. Dan pada tanggal 20 Agustus gue harus mengikuti tes wawancara untuk tahap akhir penyeleksian staff monitoring.

Gue semakin malas untuk datang ke Lab Ak-Men. Karena yang gue tahu, sudah ada 3 perwakilan dari kelas gue, ada S, G dan A. S memiliki IPK yang lebih tinggi dari gue, dan dia mahir mengerjakan software akuntansi. G dia memiliki wawasan yang baik dalam berbicara, karena juga seorang BEM. Dan A, dia juga lumayan cerdas saat Lab Ak-Men berlangsung. Lagi pula, gue udah diterima di Barcode, tinggal wawancara aja sih gampang. *sombong. #Astagfirullah.

Ayah memberi nasihat agar gue dapat mengerjakan tes tertulis dengan baik. Padahal dalam hati (boro-boro yah belajar, seingetnya aja deh..) Dan karena dukungan orangtua yang tiada henti, akhirnya aku berangkat menuju Kampus E. Sampai di parkiran gue ketemu F, yang ternyata dia juga mendaftar menjadi calon As-Lab. Wah saingan nambah kata gue dalam hati, makin down aja deh gue.

Gue menuju ke gedung 5, naik ke lantai 4 dan sampai diruang 545. (Lumayan juga kalau tiap hari naik ke lantai 4), disana gue bertemu Intan, Ayu, Putri, Dede (mereka teman sekelas waktu tingkat 1), dan berharap kita semua mantan kelas 1EB15 dapat diterima di Lab Akuntansi Menengah.

Tes tulis dibagi menjadi 2 Shift. Gue mendapat shift pertama bersama G, Intan, dan Ayu. Dan F,S, Putri, dan Dede mendapat shift kedua. Ujiannya lumayan mudah, karena soal gue masuk kategori zahir, myob dan rekonsiliasi bank. Zahir dan myob mengerti, tapi kalau rekonsil? Wassalam~

Pengumuman tes tulis akan diumumkan pada jam 11.30, dan kalau gue lolos maka akan lanjut ke tes tutor. Dan Alhamdulillah gue dan teman-teman gue lolos dalam tes tulis. Kita pun segera istirahat dan sholat sambil menunggu giliran tes tutor pada jam 13.00

TES TUTOR DIMULAI~

Gue sebenarnya mulai deg-degan karena akan berhadapan dengan kakak tingkat yang berperan sebagai praktikan yang susah belajar. Diantara teman-teman gue, gue mendapat giliran pertama untuk tes tutor. Dan benar, tingkah kakak-kakak itu membuat gue kesal karena nggak bisa menjelaskan materi yang seharusnya disampaikan, untung gue punya trik jitu membuat mereka diam dan memperhatikan gue haha.

Setelah tes tutor, gue diperbolehkan pulang dan melihat hasilnya di web Ak-Men pada pukul 21.00. Dan gue mulai berpasrah kembali kepada Allah, dan berpegang teguh bahwa rezeki tak akan pernah tertukar. Seandainya gue diterima di Barcode atau Lab Ak-Men, gue akan memilih yang terbaik jika memang ada rezeki gue disana.

Gue pulang kerumah dengan sedikit harap-harap cemas. Malam hari pukul 20.30 F bbm gue, mengabarkan bahwa dari kelas 2eb08 hanya gue dan G lolos dalam tes tutor. Alhamdulillah ya Allah. Allah Maha Baik, Maha pemberi rezeki. Setelah mengecek dan memastikan gue ada dalam list calon Asisten bersama Putri, Intan dan Dede, gue segera membicarakan hal ini kepada Ayah. Apa yang harus gue pilih. Karena tes wawancara barcode dilaksanakan hari kamis besok jam 8 di Kampus D, dan tes wawancara Lab Ak-Men dilaksanakan besok pula jam 9 pagi di Kampus E. Dan gue dengan bangga hati percaya bahwa gue akan diterima di Lab Ak-Men karena yang diterima sudah 30 orang dari depok, gak akan mungkin disaring lagi, Ayah pun berkomentar, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok. Dalam hal pekerjaan, wawancara menentukan hasil akhir apa seseorang layak atau tidak. Siapa tahu ada pengurangan penerimaaan asisten. Gue segera beristighfar.

Setelah berbincang, Ayah mengembalikan keputusannya kepada gue. Karena menurut Ayah, hati adalah jiwa yang paling murni, dengan mengikuti hati semua akan berjalan sesuai dengan keinginan dan kemampuan. Akhirnya gue memutuskan untuk datang ke Kampus D untuk wawancara barcode berharap sebelum jam 9 gue sudah melakukan wawancara, lalu pergi ke kampus E untuk wawancara Lab Ak-Men.

Namun nyatanya, pukul 09.00 pun tes wawancara belum juga dimulai oleh panitia. Gue mulai gusar. Akhirnya dengan kemantapan hati, dengan keyakinan diri, gue pergi meninggalkan kampus D menuju kampus E, berharap dengan meninggalkan yang baik akan mendapatkan yang terbaik. Karena rezeki tidak akan pernah tertukar, dan gue mencoba berpikir untuk memberikan rezeki kepada yang berhak dibagian staff monitoring.

Sampai di kampus E, gue melakukan wawancara, dan Alhamdulillah gue lolos tes wawancara. Dan sudah dinyatakan menjadi seorang Asisten Laboratorium Akuntansi Menengah Universitas Gunadarma bersama Putri, Intan, dan Dede. Sayang, teman gue G, dari kelas 2EB08 harus berakhir ditahap terakhir.

Diterima menjadi seorang Asisten Lab bukan berarti telah bebas melakukan hal apapun, namun itu adalah tahap awal untuk mengemban tugas dalam menyampaikan materi sebaik-baiknya kepada praktikan. Semoga ini merupakan langkah awal yang baik yang Allah berikan, mengingat dua kali gue ditolak di Perpustakaan dan di Lab Ma-Men hihihi..

Banyak pelajaran yang dapat dalam tiga hari selama tes barcode dan lab Ak-Men, yaitu:
1.    Tidak boleh mendahului kehendak Allah. Percaya boleh, tapi tidak boleh takabur. Namun tetap yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik.
2.      Jangan malas datang ke suatu tes. Karena kita gak akan tahu apa yang terjadi, bisa saja ada rezeki kita disana dengan barengi usaha.
3.   Jangan sombong, berpikir bahwa kita tidak akan gagal dalam suatu usaha sebelum usaha tersebut memberikan hasil.
4.       Tetap ikhtiar, dan berdoa. Kembalikan segala sesuatunya kepada Sang Pemberi Rezeki..
5.      Jalankan Amanah dengan baik! Ketika sudah mendapatkan apapun yang kita inginkan, jangan lupa untuk menjalankan tugas tersebut dengan baik. Karena kita telah memilih sesuatu lalu Allah kabulkan, maka kita harus jalankan sepenuh hati. Jangan sembarangan saja, karena sudah tercatat bahwa ada tanggung jawab yang harus dijalani.
6.       Jangan mengeluh! Ketika kita sudah mengerjakan dengan sepenuh hati, tapi usaha atau hasil yang kita dapatkan tidak sepadan, maka kembali ingat bahwa rezeki tidak akan pernah tertukar, Allah yang memberikan maka harus disyukuri dan terima.

^^

Jumat, 23 Oktober 2015

CERPEN_PAVILIUN MISTERIUS


“Yah. jauh banget. Jangan tinggi-tinggi dong nendang bolanya, Druz. Kataku kesal.
Aku segera mengambil bola yang Badruz tendang, bola itu terbang melayang lalu jatuh ke arah sebuah paviliun tua di dekat lapangan bola rumahku. Aku mencari bola ke arah semak-semak belukar yang tinggi rumputnya melebihi tinggi badanku.
“Mana ya?” Kataku sambil meminggirkan rumput yang menghalangi jalanku. Bola berwarna putih hitam itu akhirnya aku temui di sekitar dinding paviliun tua.
“Ini dia.” Kataku kegirangan. Aku pun segera meninggalkan tempat itu. Namun, tiba-tiba..
“Per...gi...” Ujar pemilik suara aneh.
Suaranya terdengar serak bahkan nyaris tak terdengar. Seketika aku bergidik ngeri, sekujur tubuhku rasanya melemah mendengar suara asing itu. Aku memberanikan diri mencoba mengetahui dari mana suara itu berasal.
“Per..gi!” Suara itu terdengar lagi.
Langkah kakiku terhenti sesaat, sambil mencoba menenangkan diri.
“Ya Allah. Tolongin Firman.. Firman cuma ingin tahu, ada apa di dalam rumah ini. Jangan Allah biarkan Firman takut, Ya Allah. Kata Papa dan Mama kan, jadi anak gak boleh takut. Aku mau membuktikan kepada Papa, Mama dan Kak Fira. Kalau aku anak yang pemberani. Ya Allah, berikanlah Firman keberanian. Amin..” Ujarku menguatkan diri.
Lalu aku melanjutkan langkahku untuk menelusuri dari mana suara itu berasal. Paviliun berukuran sedang itu memang tak pernah dikunjungi siapapun, tapi hatiku yakin bahwa ada seseorang di dalamnya.
Kini aku telah berada di depan pintu paviliun yang berwarna hijau. Gagang pintu yang mulai berkarat dan dinding-dinding yang mulai berlumut serta banyak sarang laba-laba itu seakan menambah keseraman dari paviliun yang kudatangi. Perlahan aku mencoba membuka pintu itu.
“Kreeeekkkk..” Bunyi pintu itu terdengar cukup keras. Engsel-engsel yang berkarat menimbulkan suara decitan yang memekikan telingaku.
“Gak dikunci.” Kataku.
Lalu, kulihat sedikit demi sedikit ruangan yang pengap dari pintu yang kubuka perlahan. Ruangan yang gelap dan berdebu membuatku terbatuk sesaat. Tiba-tiba bau anyir menghampiri hidungku. Baunya mirip seperti.... bau bangkai. “Bau bangkai apa ini?” Kataku dalam hati.
Aku memberanikan diri masuk ke dalam paviliun, langkah kakiku kubuat tak terdengar mungkin dan berhati-hati saat berjalan. Aku melihat sekeliling rumah itu sambil mengamati foto-foto usang yang dipajang di dinding yang berlumut. Foto seorang kakek tua dan siapa ini? Wajahnya tidak terlihat, karena sudah luntur terkena air atau kebakar? Entah.
Aku mengamati kembali foto-foto yang lain. Namun semua foto sepertinya terlihat sama, usang dan.. luntur. Setiap foto yang berada disebelah kakek, pasti tak bisa terlihat. Dari yang aku amati, sepertinya gambar disebelah Kakek adalah cucunya, karena tubuhnya lebih kecil dari kakek dan kutebak pasti ini adalah cucu perempuannya. Tapi aku sungguh tidak bisa mengenali wajahnya sama sekali. Dinding yang penuh dengan gambar-gambar indah yang mirip hasil karya anak-anak, pasti ini di gambar oleh cucu kakek. Terlihat gambar kakek sedang menggandeng erat tangan cucunya walau wajahnya tak nampak.
“Per..gi!” Suara itu terdengar kembali. “PERGI...!!” Katanya. Aku menoleh perlahan ke arah suara tersebut. Lalu.......
***
Aku tersadar. Ternyata aku pingsan. Aku mengamati keadaan sekitar.
“Kamu di Rumah Sakit.” Kata Kak Fira, lalu ia duduk di ranjang sebelahku.
“Mama tuh hampir copot jantungnya dengar kamu masuk ke dalam paviliun tua. Kamu itu apa gak takut sama kakek tua itu?” Tambahnya.
“Kok, Kak Fira tau?” Tanyaku heran.
“Firman, denger kakak, kamu itu masih 7 tahun, jangan sok-sokan deh masuk ke dalam tempat yang aneh-aneh. Kalau tadi Badruz dan Ferdy enggak kasih tau Mama dan Kakak, mungkin kamu akan sama dengan cucunya kakek itu.”
“Loh memangnya kenapa, Kak dengan cucu kakek itu?”
“Ternyata, paviliun itu ditempati sama kakek tua, dan mayat cucu perempuannya yang enggak dia kuburkan, karena kakeknya sayang sama cucunya itu. Dan waktu Polisi mendobrak pintu, kakek itu lagi mengasah pisau.” Jelas Kak Fira.
“Ah, masa sih Kak?” Tanyaku tak percaya.
“Beneran, Firman. Terus.. dari omongan orang yang kakak dengar, kakek itu suka menculik anak-anak, karena dia sedih melihat cucunya yang sudah meninggal karena dibunuh orang. Pokoknya, apapun alasannya jangan pernah kamu ulangi lagi nekat-nekat kayak tadi. Telat sedikit aja, Kakak gak tau deh kamu bagaimana.” Kak Fira menjelaskan.
“Terus, Kakek itu kemana? Cucunya gimana?” Tanyaku penasaran.
“Kakek itu ditahan Polisi, cucunya dimakamin di pemakaman. Lagi kok kamu sok berani sih pake kesana segala?” Kak Fira mulai kesal.
“Tadi, aku main bola sama Badruz dan Ferdi. Bolanya terbang kesana, yaudah aku ambil, terus aku denger suara, makanya aku penasaran masuk. Tapi Kak, Mama sama Papa marah gak yah sama aku?”
“Ya, menurut kamu?”
“GAK ADA JAJAN SEBULAN!” Tiba-tiba Mama datang memarahiku. Aku tercengang.
TAMAT


Minggu, 21 Juni 2015

JOMBLO atau SINGLE?


Reni dan Yusi, adalah dua orang sahabat yang telah mengenal satu sama lain sejak duduk di bangku kuliah. Hari ini, mereka sedang menikmati liburan akhir pekan dengan mengunjungi salah satu taman kota yang ada di Jakarta.

Mereka tengah duduk bersandar dibawah pohon rindang beralaskan karpet plastik sambil membaca novel dengan camilan-camilan yang mereka bawa.

Sambil membaca novel tentang cinta, sikap Yusi mulai gelisah. Sebagai seorang sahabat, tentu Reni memahami tingkah laku sahabatnya itu, lalu mulai bertanya.

“Kenapa sih, Yus? Gelisah amat. Apa gara-gara baca novel jadi kebawa suasana gitu?” Tanya Reni. 

Yusi menunduk sebentar, lalu menengadahkan kepalanya. 

“Astagfirullah, ya Allah. Nikmat banget kuasa-Mu tentang masalah hati..” Ujar Yusi.

“Kenapa lagi sih, Yusi? Masih mikirin dia?” Tanya Reni memastikan.

“Fiuuh...” Yusi menghembuskan nafas kuat-kuat.

“Yus? Cerita..”

“Aku galau, Ren. Dia makin deket aja sama perempuan itu, sedangkan aku, masih belum bisa move on dari dia.”

“Aku mau kasih nasihat atau menyenangkan hati kamu nih?”

“Nasihat, Ren. Aku butuh nasihat sekarang!”

“Buang aja perasaannya, Yusi. Udah janji kan dulu, kalau dia udah ketemu sama yang baik, cantik apalagi sholeha dan berjilbab, apapun caranya harus berhenti punya perasaan ini, apalagi yang mau ditunggu. Selesain sekarang, atau nggak akan pernah selesai!” Ujar Reni sambil menutup halaman novel yang dibacanya.

“Tapi, Reniii... kenyataan gak sesuai sama teori. Perasaannya gak ilang-ilang, ngelupain apalagi..”

“Yusi, nggak akan ada orang yang bisa ngelupain seseorang, apalagi pernah nyangkut di hati, itu udah dari sananya, Allah yang mempertemukan gak ada yang sia-sia.”

“Yah terus, mau sampe kapan begini? Susah banget, Ren ngelupain perasaannya.”

“Perasaan kamu bakal ada terus kayaknya, gimana nggak mau ilang, tiap hari masih kepoin sosmed- nya, masih inget-inget kejadian apa yang tadi dilakukan. Gimana mau move-on?”

“Dia suruh pergi aja deh, jauh-jauh dari pandanganku!”

“Hahaha... Emang bumi punya kamu? Nggak bisa gitu lah, apalagi kamu bakal ketemu dia sampe 2 tahun yang akan datang. Mamam deh tuh!”

“Terus aku mesti gimana??? Aku gak bisa mengakhiri perasaan ini, karena bukan aku yang ingin memulai. Aku nggak minta buat punya perasaan ini, dia dateng gitu aja ke mimpi aku, siapa yang sangka ternyata aku malah jatuh hati sama dia setelah mimpi itu.

“Mimpi dibagi 3 kategori, mimpi berasal dari Allah, mimpi berasal dari setan, sama mimpi berasal dari diri sendiri. Nah mungkin kamu terobsesi sama dia makanya jadi mimpiin dia.”

“Boro-boro deh, Ren. Aku gak pernah deket sama dia, ngobrol aja belum pernah, merhatiin dia pun nggak. Gimana bisa terobsesi?

“Tapi kamu seneng gak jatuh hati sama dia?”

“Seneng banget, Ren.. Aku sampe senyum-senyum sendiri kalau inget mimpi itu. Rasanya kayak aku udah kenal lama banget sama dia.”

“Berarti itu mimpi yang berasal dari Allah. Kan kamu yang bilang, gak mau jatuh hati lagi sama laki-laki, kecuali jika Allah sudah mempertemukan kamu dengan jodohmu, nah siapa tau dia jodoh kamu?”

            “Tapi kamu tahu kan, dia beda banget sama aku, dia terlalu modern, gaul dan pacarnya cantik-cantik. Bahkan temen-temen yang lain bilang dia kasar ngomongnya. Aku tahu sih dia suka ngomong kasar gitu, tapi dia sopan banget loh ke aku. Ramah banget... ah... Reni..” Yusi meletakan kedua telapak tangannya di pipi.

            “Hayo.. mulai deh mikir-mikir gitu lagi. Gimana mau move on? Udah kamu sabar aja. Berdoa terus sama Allah, biar Allah luluhkan hatinya.”

 “Ehm.. Tapi kan dia belum jadian juga sama perempuan itu.”

“Itu baru tahap awal, mending mundur dari sekarang, daripada syok pas mereka jadian.”

“Ya Allah....” Yusi menunduk sedih.

“Lagi pula nih, kamu gak tau kan kenapa perempuan itu gak terima cinta laki-laki yang kamu suka itu?”

“Mungkin, si perempuan itu naksir laki-laki lain. Ketika ditembak orang, malah nunggu orang.”

“Iya kalo emang begitu ceritanya, kalo ternyata si perempuan nggak terima cinta laki-laki itu karena dia nggak mau pacaran, gimana? Katanya dia berjilbab dan sholeha? Bisa aja kan dia nggak pake ritual pacaran, tapi ta’aruf kalo udah siap nikah? Nah, jauh lebih baik dia daripada kamu...”

“Aku juga gak mau pacaran dulu, Ren. makanya gak terima cinta orang lain.”

“Baguss... menunggu yang terbaik sajalah.”

“Iya.. mau nunggu aja, mau nunggu pangeran sholeh. Siapa tau pangeran sholehnya dia. Ujar Yusi sambil menyengir.

“Nunggu doang sambil tetep kepoin dia sama aja boong! Nunggu tuh sambil memperbaiki diri, siapa tau calon imam kamu nanti lebih baik dari dia.”

“Terus intinya, aku harus gimana?”

“Bismillah, niatin dalam hati, “ya Allah jika dia bukan untukku, tolong hapuskan perasaan ini, bantu aku untuk beristiqomah sambil memantaskan diri, tolong tutup perasaan ini agar tak menjadi penghalang untukku beribadah kepada-Mu.” Gitu doanya.”

“Apakah bisa?”

“Kalau memang kata Allah, dia bukan jodoh kamu, pelan-pelan bakal dihapuskan perasaannya kok!

“Tapi kalo nggak bisa juga?”

“Kuatin iman, banyak-banyak istighfar, coba fokus sama hal lain. Jangan pernah menganggur, dan coba cari kesibukan. Bukannya kamu lagi suka main plants vs zombie 2 tuh? Mending main itu deh daripada mikirin dia dan cari alasan buat kepoin dia. Baca Al-Quran malah lebih baik. Hati lebih tenang, dan siapa tahu Allah meluluhkan hatinya, dan menyadari deh perasaan yang kamu miliki.”

“Iya ya.. bener banget kamu, Ren.”

“Masih banyak hal yang harus kamu lakuin, kuliah aja dulu biar bener. Jadilah calon ibu yang cerdas. Sekarang, banyak-banyak berdoa aja, Yus.”

            “Iya, aku selalu berdoa yang terbaik kok buat dia. Seandainya kita tidak diperkenankan Allah untuk bersatu, aku harap dia bahagia dengan perempuan sholeha yang menyayangi dia, dan aku pun dibersamakan dengan laki-laki sholeh yang menyanyangi aku dan membawaku ke surga-Nya Allah.”

“Aamin.. Nah kan, bukankah indah pacaran setelah menikah, jalan kemana-mana, gandengan tangan, sudah halal lagi.”

“Iya sih, tapi kan malu sama temen-temen yang udah pada punya pacar, iri juga ngeliatnya.”

“Temen kamu lagi sedang mencari jalan yang Allah ridhoi, bersyukur kamu sudah menemukan hidayah Allah, yang salah satunya tidak melakukan kegiatan pacaran. Inget, perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik pula. Kalau kita mau dapet laki-laki yang nilainya 9, maka kita  juga harus jadi perempuan bernilai 9 kan?”

“Jomblo terus dong?”

“Jomblo apa single?”

“Apa bedanya?”

“Jomblo buat orang-orang yang gak punya pacar emang karena ditunggu gak dapet-dapet. Kalo single itu gak punya pacar karena memang sedang mengikuti ketentuan Allah, mana ada Allah izinin umatnya pacaran, pacaran setelah nikah baru ada. Lagi juga kalau single karena Allah kan lebih mulia derajatnya. Kalau ada yang bilang jomblo mulu, bilang aja “iya gue jomblo, jomblo terus sampai ada yang menghalalkan.”

“Wah, aku harusnya lebih sabar ya nunggu dia..”

“Iya dong harus. Kan Allah nggak memberikan apa yang kita inginkan, tapi memberikan apa yang kita butuhkan. Kamu butuh sosok dewasa, ramah, sholeh tapi kocak kan? Ya dia banget. manusia bisa berubah kok, mungkin dia belum nemuin jati dirinya aja. Sambil memantaskan diri jangan lupa! Kamu gak tau kan kalo dibelakangmu, dia juga sedang memantaskan diri, entah buat kamu atau orang lain siih.. tapi jodoh gak akan ketuker kok. Dan seandainya bukan kamu orang yang dia harapkan, gak usah sedih ya.. tetep tawakal dan istiqomah. Mungkin Allah akan memberikan yang lebih baik dari dia.”

“Sedih sih dengernya, tapi aku bisa apa. Bismillah deh, mulai istiqomah.”

“Nah gitu dong. Kan biar jadi wanita muslimah yang taat sama Allah..”

“Makasih ya Reni, udah mau kasih nasihat yang banyak sama aku.”

            “Iya Yusi, sama-sama.. Yuk ah kita pulang.”

            Yusi dan Reni pun segera merapikan barang-barang yang mereka bawa dan melipat alasnya. Tak lupa mereka membuang sampah makanan ke tempat yang sudah disediakan pengelola Taman Kota. Setelah tempat yang mereka tempati rapi seperti semula, mereka pergi bergegas pulang.